Mabok Buah Anggur
Kumpulan syair cinta Yusuf Safura
" Sebuah syair berawal dari rasa,
tiap kata dalam syair bermula dari detak jantung "
Kau telah memberiku dirimu
Mabok Buah Anggur
dimanakhah lembut seorang wanita
meski tak selembut bulu-bulu burung dara
dimanakah manja seorang wanita
meski tak semanja tarian bidadari
di malamku
Daftar isi
Kata Rindu
Aku Rindu
Seraut Wajah-2
Malam Tetap Malam-2
Dingin Malam
Diriku Dirimu
Kepadamu-2
Mencari Jawaban
Isak Lelaki
Setaman Bunga Rindu
Untukmu
Kepadamu-1
Doa Cinta
Taubat Cinta
Cinta
Masa Cinta
???Wanita Pujaan
Maafkanlah
Malam Tetap Malam-1
Nasib
Mimpi-1
Bunga itu..
Sesali Waktu
Bingkai Mimpi
Catatan di Akhir Januari
Sesal Harap
Seraut Wajah-1
Kata dan Nada
Sekangkir Kopi & Sebatang Rokok 3
Perreng Sakerreng
Tentang Hati
Ritual Cinta
Mendung
Satu
Kandas
Pagi yang Hilang
Kutukan Cinta
Cintaku dan Cintamu
Wajahmu
Pelabuhan Rinduku
Minggu Kelabu
Menanti Mentari Pagi
Buat Engkau
Tak Seperti Biasa
Tentang Seseorang
Rindukan Malam
SEKAPUR SIRIH
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bismillahirrohmaanirrohim
Sangatlah fardhu bagi khalayak manusia untuk senantiasa selalu bersyukur atas limpahan segala rahmat, taufiq beserta hidayah Allah SWT. Sehingga kita dapat mengerti makna setiap helai tarik hembus nafas kita. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada sang rembulan yang memantulkan cahaya matahari, maka bersinarlah terang dalam setiap jalan kehidupan kita, terlepas dari jurang-jurang terjal yang menghalang-halangi khasanah kehidupan manusia, terbebas dari carang-carang yang dapat mencopot surban sebagai penutup aurat kehidupan manusia, dan terselamatkan dari tipu daya Iblis yang di dramakan Fir’un, Qorun, Abu Jahal, Abu Lahab beserta kaum-kaum jahiliyah lainnya, yang pasti saja cucu-cucunya masih berada di sekeliling kita semua. Maka berhati-hatilah wahai saudara-saudaraku…genggamlah kesempurnaan manusia yang telah di tuturkan Tuhan dan telah dicontohkan nabi-nabi, supaya hidup kita tidak tinggal nista.
Di antara sela-sela aktifitas yang lain pada ujungnya terciptalah antologi dari sajak-sajak berjudul “Mabok Buah Anggur” yang sengaja saya tulis dari tahun Musibah sampai pada tahun Bencana. Pada mulanya saya sempat meng-meng, tiada hasrat untuk lagi berkarya apalagi menjadikan suatu mushaf. sebab sebagian orang berpandangan sempit berkenaan dengan puisi. Puisi hanyalah imajinasi, hanyalah ilusi, alam khayal belaka, dan ataupun yang lain. Padahal puisi adalah bahasa kebenaran, bahasa kejujuran dan bahasa kenyataan.
Sebab awal dari sebuah syair adalah rasa. Alhamdulillah kini saya sadar akan ihwal itu sehingga saya dapat menemukan makna hidup di dalam makna puisi.
Sajak-sajak yang tertampung dalam antologi ini sangatlah sederhana tidak sesempurna dan serapih antologi sastrawan-sastrawan dan pujangga lainnya. Sementara saya hanyalah hendak menunaikan hasratku sendiri sebagai seorang yang mabok cinta, sebagai seorang yang mabok kata. Dan bagi saya tiada kesempurnaan dalam hidup selain menghamba pada cinta dan jiwa.
Tibalah, saya sampaikan terima kasih kepada ayahanda dan ibunda tercinta, saudara-saudara dan segenap keluarga yang membuat saya bertahan sampai hari ini. Tak terlepas untaian terima kasih saya kepada dosen sastra yang telah mencucurkan embun suci dalam mempertahankan sejatinya diri yang tak dapat terlepas dan terpisahkan dari puisi berikut demi terselesainya antologi ini, yang telah menyumbangkan petuah-petuah tentang hakekat puisi, menyaratkan pengetahuan-pengetahuan berkenaan dengan jagad puisi dan sastra. Meski itu hanya sekilas di meja kuliah atau pula di warung kopi. Tetapi saya maknai ikhwal itu sebagai mukjizat saya. Terima kasih saya pula tertuju kepada teman-teman saya yang menimbulkan air mani pikirannku terus mengalir menghidupi sel-sel kehidupanku dalam berkarya, berdiskusi, curhat-curhat tentang alam yang tak pernah berbohong, celoteh-celoteh penuh canda tawa, kadang pula maki-memaki dalam cinta seperti: Rudi, Imam, Jakfar, Haris, Azan, Rifai, Rohim, Nur, Mahfud, Zamroni, A. Yazid, Mosleh, dan kawan-kawan yang tak mungkin saya sebut satu persatu. Dari merekalah saya dapat mempertahankan diri, menemukan diri saya sendiri yang tersembunyi di antara mereka sehingga saya terbebas dari kehidupan saya sendiri. Terima kasih pula kepada anda yang telah membacanya.
Akhirnya, tiada kesempurnaan sejati dalam hidup, dalam karya sastra, dalam puisi dan ataupun yang lain. Tetapi sedikitnya, kita berhasrat dan berkehendak secara khusu’ untuk mengais-ngais segala kekurangan dan kelemahan sebagai manusia merupakan bagian dari kesempurnaan itu. Atas dasar itulah, kritik, saran, serta komentar pasti saya terima dengan legowo hati.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penulis,
Yusuf Safura
Kata Rindu
ku tulis puisi ini
menuju hatimu
ku tulis suara
yang berbicara dalam diriku
sebagai pantulan rindu
hanya dengan kata
ku dapat menjumpaimu
bebas dari ruang dan waktu
dan mungkin kedalaman rinduku
dapat tercurahkan
hanya dengan kata
ku dapat mencium
sebutir buah anggur di pipimu
lepas dari hasrat dan nafsu
agar bahtera birahi cintaku
dapat terpuaskan
telah bertahun-tahun
seluruh diri
ku kerahkan
adakah kau mengerti
kesendirianku
adakah yang lain
dari pelampiasan rinduku
yang lebih kekal
dari sekedar kata
By: Yusuf Safura
Aku Rindu
dari detik bertukar detik
selalu ku pelihara gelora hati
wajahmu yang cantik
selalu kubayang tak henti,
dalam riuh hidupku
wajahmu yang menarik
ku pahat di tahta hati
sebagai takdirku
hari lepas hari
kulalui hari-hariku tanpamu
serasa ada yang tersisa
dalam hidupku
serasa ada yang tertinggal dari mimpiku
seribu wajah yang kujumpai
menjelma wajahmu
seribu senyum di hadapan
aku masih mendamba senyummu
kini baru ku menyadari
aku merindukanmu
By: Yusuf Safura
Seraut Wajah-2
wanitaku
selalu aku ingin memandang wajahmu
gemilau cahaya di matamu
serasa tak pernah bosan
aku bertukar senyum denganmu
sebutir buah anggur di pipimu
serasa tak pernah puas
aku bertukar wajah denganmu
wanitaku
jangan kau palingkan wajahmu
jangan kau sembunyikan pesonamu
jangan kau tutup sumber penerang jiwa
wanitaku
ingin sekali
aku memandang wajahmu
sekali lagi
sampai
aku menjumpai wajahmu
yang belum pernah kutemui
By: Yusuf Safura
Malam Tetap Malam-2
malam ini semakin sayu
mataku lelah tak sampai
tubuhku yang terkulai di kasur
seperti cacing tersiram air kapur
menggelepar
lelap tidurku
hanya ada dalam angan
ubun-ubunku terus memanjang
dalam remang
yang kemudian terbentur
di langit-langit rinduku
ingin kuberlalu
dan kubawa kedalam mimpi
tiba-tiba...
terbuka lagi
sikat kenangku denganmu
yang mencacah hati
sekarang
baru ku mengerti
malamku tak bertepi
By: Yusuf Safura
Dingin Malam
sengatan malam
mencekam dalam kalbu
desir angin kemarau
menyisir rambut ubun-ubunku
malam dingin menembus tulang
mengeruk sumsum dari hidupku
sekujur tubuhku
lalu mengigil di tekuk remang
dan ruhku melayang keangkasa cinta
saat detak jamku mulai bertukar desahmu
aku sekedar menduga
tak kan ada yang hilang
hening
sunyi
sepi
malamku meratap tanpamu
sengatan malam
menusuk dalam kalbu
desir angin kemarau
menyingkap kelambu jendela
tiba-tiba wajahmu menjelma
dan sebutir buah anggur dipipimu
mengajakku kembali tersenyum
hening
sunyi
sepi
malamku meratap tanpamu
By: Yusuf Safura
Diriku Dirimu
masuklah seluruh dikau
kedalam diriku
jangan lagi ada dirimu
jangan pula ada diriku
cinta telah menuntun
mengembara
untuk mengerti
siapa dirimu
siapa diriku
hingga
tak
peduli
siapa dirimu
siapa diriku
By: Yusuf Safura
Kepadamu-2
sedarilah....
seperti dahulu kala kupadamu
serupa saat pertama kumencuri
sebutir buah anggur di pipimu
wajahmu yang terus menelusup
kedalam sel cintaku
hidupku menjadi tak ingin sia-sia
kelimpahan hatiku kepadamu
masih cukup menampung
badai dari hidupku
sabar
tegar
sadar
akan ujian dari ketulusan cinta
membuat kumengerti
menjalani hidup dan kehidupan ini
ketahuilah....
nafas cintaku kepadamu
akan lebih panjang
dari tarik hembus nafas hidupku
dan seluruh diri kudayakan
semata untuk menggapai
hatimu
cintamu
senyummu
sebab, hanya itulah
jalan menuju kebahagiaan
dari hidup dan kehidupanku
By: Yusuf Safura
Mencari Jawaban
sedetik lalu, kita masih bertukar senyum
dan sebutir buah anggur menjadi saksi
gelak tawa datang dari rawa cinta
mengisyaratkan gemercik rindu
lalu setelah bibir merah
gemetar mendesis jemu
anginpun berhenti mendesir
kita sama menerka
kata-kata telah menagih nyawa
dari pertuman ini
dalam hening sepi
ditemani lunglai tarian pucuk-pucuk bambu
kita duduk terpekur di atas sajadah cinta
tengadahkan muka ke langit lepas
mencari jawaban
dari semua ini
By: Yusuf Safura
Isak Lelaki
disetiap pertemuan tergerai
selalu mengundang gerah hati
sesekali engkau tersenyum dibalik
riuh palung jiwamu
sesekali engkau menembang kesunyian Zulaikha
dan menimbang kesepian Majnun
aku hanya merasa disetiap hentakan nadi
tentang kesah yang bersembunyi di selampai rambutmu
lelaki tempurung batu sepertiku
hanya akan melepuh oleh belai wanita
dimanakhah lembut seorang wanita
meski tak selembut bulu-bulu burung dara
disetiap perbincangan terurai
parau suara selalu menyayat luka kembara cinta
gugusan rindu mulai retak
menjadi puing-puing kata teramat pilu
aku sekedar menyadari
lelaki angkuh sepertiku
hanya akan luluh oleh belai wanita
dimanakah manja seorang wanita
meski tak semanja tarian bidadari
di malamku
dan jangan kau tanya lagi
harapan itu masih milikku
By: Yusuf Safura
Setaman Bunga Rindu
semenjak kau tak ingin lagi berjumpa denganku
telah kufaham bahwa kau menyukai sunyi
aku malu menatap wajahku sendiri
aku menahan rasa, cintapun bertapa berpuasa muka
dan aku rela membiarkan dikau pergi dalam sendu
akan kuciptakan taman firdaus
ditepian telaga cintaku
akupun menelusup di sela-sela bunga
setakjub kau pandang, seindah kau rasa
kemanapun dikau pergi
aku terus mengitai jejak langkahmu
lewat harum bunga
hingga selalu terlibat aku
dalam setiap desah nafasmu
dan kalau suatu saat nanti
dikau hendak menemuiku
rinduku telah nyaris membeku, sekeras batu
dengan apa kau menyentuhnya
By: Yusuf Safura
Untukmu
Siti Afifah
ya humairoh....
kau telah memberiku dirimu
aku telah memiliki hidupmu
dalam kehidupanku
tak dapat lagi aku berpaling
tentangmu dalam diriku
dan aku dapat mencintai seluruh hidupku
sebab kau ada didalamnya
ya humairoh...
aku tau
harus bagaimana dalam hidup
jadi, apalah arti dari hidupku
selain berada di dekatmu
tanpamu hidup ini serasa tiada pantas
untuk kujalani
Malang, Oktober 2007
By: Yusuf Safura
Kepadamu-1
Untuk: Kekasih
Kepadamu, aku tuntun awan
menjadi gulungan rindu di setiap musim
yang tak terpedaya oleh endapan waktu,
tak berubah
harapannya jatuh mengental di atas daun talas
entah berapa lama ia akan bertahan
sebab, selebihnya telah tercecer disini
Kepadamu, aku panggil namaku sendiri atas namamu
bermula dari huruf “A” atau “Z” aku telah terlupa
bagai sejak engkau tau diriku rindu pada dirinya sendiri
lalu nama itu menjadi zikir dalam kepenatan hidup ini
supaya samsra hati pulih
Kepadamu, disini shahadah cintaku pula terucap berbolak balik
berpusar di dasar hati
sungguh hanya kepadamu nafas kehidupanku
Batu, Agustus 2006
By: Yusuf Safura
Doa Cinta
Untuk: Afifah
Tuhan…
kami telah mencicipi ruas-ruas kehidupan hingga di tepi samudra
jikalau ia memang tercipta untukku
bawalah ia hinggap padaku segera
satukanlah cinta dalam dekapan Mu
sebelum waktu mengambil jatahku yang bukan milikku
agar cinta itu bersemi dalam cinta Mu
Tuhan….
kami tak pernah menyalahkan Layla Majdnun
hidup di lembaran pantai kelamun
jikalau ia memang bukan tulang rusukku
binalah layaknya kasih sayangku
kemudian hanyutkanlah harapan ini dalam ombak Mu
sejauh Engkau melepas Adam dan Hawa dari pandangan syurga Mu
jangan biarkan cinta terus berandai-andai menyangkal takdir
menanti buih bertahan di pasir
Tuhan…
jikalau ialah takdirku
peliharalah kemesraan ini, bukan hanya dalam anganku
tuntunkanlah cinta atas kehendak Mu
demi tak melampaui cintanya pada Mu
Malang, September 2006
By: Yusuf Safura
Taubat Cinta
Untuk: yang lagi bersedih
wahai wanita yang bersedih hati…
sampai kapan kau mengendam pedih?
menangislah
sampai air matamu berubah menjadi racun
yang bisa kutelan…
hingga sedih tak berkuasa lagi atasmu
wahai wanita yang kecewa…
sampai kapan kau menyesali dan berkata “benci”
membencilah mencintai meski berkesal hati
hingga tersadar yang tersembunyi dalam kecewamu
adalah ketabahan dalam tulus cintamu
wahai wanita yang terluka….
teramat pilu terasa jika harus terluka
hanya mampu bercanda lewat angan
kenanglah yang tersisa
hingga kau tau alasan menanti
hadirnya kebahagiaan yang tertunda
wahai wanita yang berhati mulya…
hanya keikhlasanmu yang dapat menggapai segala harap
hingga kutemukan kesempurnaan cinta dalam maafmu
dan
aku masih mencintaimu
By:Yusuf Safura
Cinta
Untuk: Kekasih
cinta-ku
kasih-ku
sayang-ku
rindu-ku
permata-ku
manis-ku
dewi-ku
wanitaku
bidadari-ku
permaisuri-ku
puteri-ku
belaian-ku
pujaan-ku
sanjungan-ku
dambaan-ku
harapan-ku
seperti itulah cintaku
"terinspirasi sajak Tiara berikut potongan sajaknya"
Malang, Februari 2006
By: Yusuf Safura
Masa Cinta
aku mulai berhitung lewat jemari
satu dua tiga…. dan tiba tak mengerti
lelah tak sampai-sampai
kapan aku jatuh cinta
hanya pada waktu
aku hendak bertanya
kapan aku berhenti mencintai
By: Yusuf Safura
???Wanita Pujaan
oh hati….
akhirnya kuakui tiada daya
menyembunyikan muatanmu
ada wajah menawan laksana bidadari
siapa itu hinggap, katamu
datang melambai harap yang masih samar
menebarkan aroma syurga
wahai hati yang tak pernah berbohong
salahkah ada rasa yang terpaut
memberiku lembar kepastian di ujung jalan berbatu
hingga tak tau kepada siapa ku harus tersenyum?
oh jiwa…
kuakui tiada upaya
murtad atas segala yang ada
ada wanita sebagai pelita dalam redupmu
Siapa itu
ada beban gundah iapun tak peduli
memakimu tak bernyali
hingga kubingung membenci pada apa
oh hati…oh jiwa….
saat kututup segala keluhmu
ternyata ada rasa di dalammu
ada cinta yang mengusir naas
ada damai yang bisa kunikmati
maka dari dasar ini kuberucap
engkau masih wanita pujaan
meski berpusar dalam kebimbangan
By:Yusuf Safura
Maafkanlah
Untuk: Kekasih
aduh kekasihku
satu demi satu hilafku masih dalam jemarimu
tak mudah bagiku mengukir kata maaf
karena aku bukanlah pujangga yang mampu meluluhkanmu
meski dengan seratus lidah sekalipun kuberucap
kalimatku mungkin tiada pula kau mengerti
terlalu berat
terlalu sulit, untukku
itukah dirimu?
…dan tak sanggup kumenyalahkanmu
memang itu salahku
salahku yang selalu ingin
mengkukuhkan kaki mimpi
hingga tak sadar apa yang kulakukan
adalah sebuah kehilafan
aduh kekasihku
ku tau hatimu masih berselimut ragu
hanyalah kejujuran sebagai tumbal
sebelum kukehilangan arah
kemana kulabuhkan cintaku
aduh kekasihku
aku tak berharap apa-apa
aku hanya ingin kau mengaji
maafkanlah…
By: Yusuf Safura
Malam Tetap Malam-1
Untuk: Afifah
malam dingin mencekam
hanya bertutur pada kembang
badai hujan petir silih menghantam
secawan air mata menjadi taruhannya
tentang hati yang sarat tampak kosong
diteras cinta meresapi hening
menatap bintang berkejaran di atas kabut
membakar emosi memanggang luka
dan dalam sepi malam itu brisik
biarkan malam tetap malam
katanya
Malang, September 2006
By: Yusuf Safura
Nasib
jarum jamku patah
belum usai dalam samsara
mataku bergetah nanah meleleh
menyunting hati dalam duka
khayalku menggulung musim
menikam kepenatan hidup
Oo ya nasib
aku tak meminta apa-apa
selain berandai-andai dalam hampa
agar aku bisa membuka mata
hingga aku bisa mengukir tawa
Malang, September 2006
By: Yusuf Safura
Mimpi-1
sepertiga malam kurebahkan kasur
aku hendak tidur bermimpi
sebelum di tepi kubur menyepi
kepada ilahi kubertutur
mataku belum jua terpejam
segala perih terus menghujam
sembilu yang mengiris-iris hati
semakin menajam
ah…aku hanya mengejar mimpi dalam mimpi
padahal dalam nafasku berhembus mimpi
“ di langit berjuta bintang bertabur
tak ada satupun tersungkur di kasur “
kepada ilahi kubertutur
mataku belum jua terpejam
segala perih terus menghujam
sembilu yang mengiris-iris hati
semakin menajam
Malang, Oktober 2006
By:Yusuf Safura
Bunga itu..
dan semenjak itu kita baru tau
tampaknya bunga itu telah layu
percuma kita mencabutnya sehelai-sehelai
agar tangkai bebas melambai
sebab harum berbekas
dan kita masih menciumnya sia-sia
Malang, November 2006
By: Yusuf Safura
Sesali Waktu
untuk waktu yang begitu angkuh
aku mungkin meski megadu
tentang apa yang tak seharusnya
adakah sedikit dikau punya nurani
menuai semua untukku
hingga saat tiba??
lelah kini memelukku
meski bukan ulahmu
karena waktuku baru saja berlalu
By: Yusuf Safura
Bingkai Mimpi
di malam remang-remang
lembut angin dingin
menyisir rambutku
ubun-ubun memanjang
sehelai-sehelai melayang
dalam mimpi
apa ada yang lebih sunyi
dari desah malamku
oh...malam
duduklah di pangkuanku
biar kudendangkan sebait mantra
agar kau bermimpi
sambil menunggu fajar
By: Yusuf Safura
Catatan di Akhir Januari
setibanya hari di akhir januari
masih ada yang tertinggal
di tepian waktu yang terus memanjang
puisi-puisi masih sejak dulu kala
memintamu
mengitung pagi siang sore dan petang
apa ada bedanya
dingin rasa
embun air mata
panas amarah
senja duka
coba kau mengeja
bagaimana melepas waktu
mungkin ada hikmahnya
mencatat di harian
By: Yusuf Safura
Sesal Harap
sehabis rintik-rintik hujan
serumpun bambu
bergoyang-goyang di hadapan
mengibas dedaunan gugur
tak cukup untuk di kenang
warna langit yang mulai kabur
mega-mega yang lenyap
dari pandangan
…dan disini
di rimbun-rimbun penantian
di depan kayu tua berlumut
sebagai tempat berteduh
bersama segumpal harap
tersisa
pasti
By: Yusuf Safura
Seraut Wajah-1
di malam itu
kita baru saja bertemu
terlentang waktu untuk bertatapan
seulas senyum berayun-ayun
di antara wajah elok mempesona
rembulanpun bersimpuh di hadapan
memahat wajah di pelepah jiwa dan raga
seraut wajah melukis pelangi
memberi warna di malam yang kusam
menjadi penawar gelisah di ujung petang
silau matanya menembus jantung
tapi maaf
karena diantara wajah-wajah
telah ada wajah
yang melelehkan ponggah hati
dan wajah itu….
dimana kini?
By: Yusuf Safura
Kata dan Nada
ku mengais kata
kususun menjadi serangkai nada
mendendangkan syair yang tulus
lewat kata-kata teramat bisu
hendak menagih waktu
yang baru saja berlalu
dan saat kau membaca syair ini
kau akan mendengar suaraku
By: Yusuf Safura
Sekangkir Kopi & Sebatang Rokok 3
Untuk: yang berkesal hati
ku teguk secangkir kopiku
yang masih hangat-hangat kuku
ku hisap dalam rokokku
ku hembus perlahan
hai kawan
tak usahlah kau begitu
apa yang perlu disesali dalam hidup ini
sementara
pahit manis dalam kehidupan
telah terdapat pada secangkir kopi
hai kawan
tak usahlah kau begini
apa yang kau lakukan sia-sia dalam hidup ini
sementara
suka duka dalam kehidupan
telah terhisap dan terhembus lewat asap rokok
lekaslah ambil secangkir kopi
dan sebatang rokok
nikmatilah hidup
hidup nikmatilah
Malang April 2007
By: Yusuf Safura
Perreng Sakerreng
carang-carang mulai kaku
mengikat tiap helai batang bambu
angin kencang masih terus menggebu
satu persatu tak lagi memaku
pucuk-pucuk berayun-ayun
dahan-dahan mulai rapuh,
ada juga yang patah
daun-daun bertaburan dibilas angin
hingga
kreyek-kreyek rintih kesangsian
oh…serumpun bambu
oh…tak lagi menjadi peneduh
lelah
Malang, April 2007
By: Yusuf Safura
Tentang Hati
Untuk: K
tentang hati yang belum sempat terbaca
kemudian kita tersenyum
karena kita tak kuasa membawa
tentang sebuah hati
aku ikhlas akan adaanya
walau sadarku ini bukan untukku
ini adalah milikmu
hanyalah hati
kau akan mengerti
kemudian kau anugrahkan kekuatan bagiku
By: Yusuf Safura
Ritual Cinta
Duhai perempuannku…Telah sekian lama kita hidup bersama tertuntun oleh cinta, dari hari kehari dari saat ke saat, dari masa kemasa dari waktu kewaktu, jemari waktu tak
Duhai perempuanku….memang ada saat-saat dimana kau harus bersabar untuk mengungkapkan sesuatu, sesuatu yang slalu ada didalam hatimu, sesuatu yang menjadi beban di setiap tarikan hembus nafasmu, sesuatu yang selalu mengganjal menutupi kebahagiaan itu, yang memang tercipta untukmu. Hendaklah dikau mencoba mengais-ngais hatimu sendiri, pasti ada. Sesuatu yang berpaling dari harapanmu, harapan cinta, harapan kita berdua. Entah itu keluh kesah, sesal kesal dan ataupun yang lain. Jangan terlalu lama dikau menunggu duhai perempuannku, jangan biarkan dirimu terus menanti hingga kau tak tau sampai kapan ujungnya, dan sampai kapan semua itu lekas berakhir, jangan hanya diam duhai perempuannku…cinta tak hanya diam. Cinta membutuhkan sesuatu yang mencipta sel kehidupan cinta hidup kembali, Cinta membutuhkan sesuatu yang membentuk sel kehidupan kita bangkit dan pulih kembali…kini sudah saatnya. Bicaralah tentang muatan hatimu. Meski kerap kali waktu tidak beriringan dengan segala apa yang dikehendaki.
Lihatlah pagi ini perempuanku, bening langit biru menaungi hati, matahari telah setombak bersinar cerah, bunga-bunga bangun dari kelopaknya mekar menebar wangi, burung-burung pun mulai ramah menyinyit-nyinyit menebar kabar baik, kabar baik dari keterpurukan. Akan menjadi sempurna pagi ini jika disertai selembar senyummu. Bentangkanlah dirimu membuai celoteh burung pagi, dedaunan mulai basah dari tetesan bening embun membuka mata bunga-bunga yang tertidur nyenyak, bunga itu merekah, mekar menendangkan selembar kisah tentang mimpi, sebuah mimpi yang bukan hanya ada dalam malam, sebuah mimpi yang bukan hanya hadir dalam lelap, sebuah mimpi yang bukan hanya menemani tidur mu sebab mimpi itu adalah mimpi dalam setiap hembus nafas. Tinggallah dikau mencium aroma serta segala keindahan dan pitutur tentang mimpinya, air mata telah berlalu. Jangan kau sia-sia kesempatan itu. Sadarlah duhai perempuanku kesempatan akan menjadi malapetaka jika tidak segera kita tunaikan. Malapetaka hati, malapetaka cinta, malapetaka hidup dan kehidupan ini.
Lihatlah kembali pagi ini perempuanku, jangan ada lagi kabut yang berpusar di kedua kelopak matamu, jangan lagi ada keluh kesah resah menutupi kebahagiaamu. Lukislah pelangi dengan elok pesonamu, agar aku tau semua warna-warnimu. Bukankah pelangi itu menjadi indah karena beraneka warna? Menjadi sanjungan dan kiasan-kiasan para pujangga, para sastrawan , para puitis dan ataupun yang lain. Sementara aku hanya ingin mengerti warnamu, itu saja. Duhai perempuanku jangan lagi dikau merasa sendiri, merasa tak ada yang mau ambil peduli, jangan merasa sungkan untuk saling berbagi, saat2 kau merasa sempit, saa2t kau merasa gundah, saat2 kau membutuhkan tempat untuk bercurah, tempat untuk berteduh…seringan atau sesarat apapun yang kau hadapi, seberat dan semudah apapun yang kau alami. Seandainya saja ada orang yang kamu anggap pantas untuk segala itu. Tak ingatkah dirimu tentangku, tetantang diriku? Tak ingatkah dirimu tentang seorang manusia yang telah ditaklukkan oleh sebuah senyummu, tentang seorang manusia yang telah kuasai oleh pesona paras cantikmu, Datanglah…seluruh dikau peremuanku, masuklah sepenuhnya kedalam hati, kedalam ruhku, kedalam sukmaku, kedalam semangatku, masuklah kedalam hidup dan kehidupanu. Aku ingin memandang kau tersenyum lagi, hanya itu pintaku. Telah kurebahkan diriku dengan segenap keikhlasan untukmu, aku janji aku berani...sebab itu adalah tujuan dari hidupku dan aku telah menemukan jimat kebahagiaanku dan jimat itu adalah kebersamaan yang tiada akhir, sebuah kebersamaan yang bukan hanya ditandai dengan perjumpaan, sebuah kebersamaan yang bukan hanya ditandai dengan canda tawa, senda gurau, sebuah kebersamaan yang bukan hanya ditandai dengan perbincangan2.
Duhai perempuannku, jangan salahkan segala apa yang telah usai kita lakukan jangan salahkan segala apa yang telah ku perbuat terhadapmu, aku hanya ingin menjadi diriku sendiri, aku hanya ingin terbebas dari kehidupannku sendiri, aku hanya ingin menunaikan kehendakku sendiri, sekedar menjalani apa yang menurutku baik, meski terkadang mungkin tidak bagi orang lain. Begitu misteriuskah duniaku yang terkadang membuatku tersenyum? Hingga kusendiri tidak mengerti apa yang tengah mereka pikirkan. Hingga kusendiri kebingungan tentang apa yang baru saja kuperbuat? Hanya dalam buah renungku, Akankah itu laknatku yang sengaja kuundang sendiri atau akankah aku baru saja berlari mengejar rahmatku sendiri? Memang Begitu sulit untuk membedakan keduanya jika hanya dilewati dengan nalar, jika hanya dilewati dengan alam fakir, jika hanya dilewati dengan lapis2 otak kita. Harapku, semoga saja dikau tak salah mengerti, karena dengan itu, kau akan lebih mencintai atau tidak lagi.
Duhai perempuanku, Jujur, Aku tak memintamu untuk memilah dan memilih yang baik, karena pilihan tebaikmu telah ada didalam hatimu, itu pasti. Aku tidak hendak mengajakmu untuk menimbang dan membading-bandingkan khasanah kembara cinta mereka. Hanya mungkin jika suatu saat nanti dikau mengerti tujuan dari setiap pacuan langkah2 ini, mungkin kau tetap memilihku …………..itulah aku. Dan berkata tidak terhadap liku hidup mereka.
Wahai perempuanku, kadang untuk mengerti makna rindu kita harus mengorbankan sesuatu yang kita miliki, mengorbankan sesuatu yang kita pelihara dalam hati, karena itulah satu-satunya tumbal. Aku memang egois, aku memang angkuh mengutamakan segala hasrat dan kemauanku sendiri demi kebahagiaan dalam hidupku, aku tidak tau kenapa aku harus hidup, aku tidak mengerti kenapa harus hidup seperti ini. aku tidak mengerti kenapa harus menjalani hidup dan kehidupan ini. Aku tengah mencari alasan itu dalam dirimu. Mungkin saja aku baru mengerti segala itu dengan cintamu.... meski masih ada segumpal kesangsian dalam batinku, meski belum ada kepastian hidup ini akan kupersembahkan kepada siapa? Walau yakinku telah lebur dalam harapanku akan dirimu selama ini. Duhai perempannku, Oleh karna jurus pamungkas dari cinta itu adalah keyakinan, maka kukukuhkan keyakinanku terhadapmu, dalam hati, dalam diri. Percayalah duhai perempuanku, sesuatu yang pahit belum tentu racun dan sesuatu yang manis belum tentu obat penawar lara. Begitulah hidup ini tercipta.
Sebab itulah perempuanku, andai engkau dihadapkan pada kebingungan hingga kau bingung dengan perasaanmu sendiri. Dikau tidak perlu grusa-grusu menyangsikan dirimu sendiri, dikau tidak perlu kasat-kusut menyalahkan dirimu sendiri, dikau tidak perlu lantas memvonis dirimu sendiri apalagi terhadap orang lain meski nyata-nyata lewat indramu ia bersalah, meski atas nalar lipatan-lipatan akalmu ia keliru…karena desekeliling indra dan akal beribu2 bahkan berjuta2 dedemit berkomat-komit, yang siap memangsamu, yang bakal mempengaruhimu, dan menguasaimu. Sementara Kecerobohan dalam menilai sesuatu, dalam memilih sesuatu, dalam memutuskan sesuatu sudah tentu adalah harapannya.Yah begitulah indra dan akal dengan segenap keterbatasannya. Maka duhai perempuanku berdayakanlah hati sebab diantara semua itu adalah lakon hati. Sebab hati adalah benteng kehidupan manusia, Sebab hati adalah tonggak dari kehidupan manusia.. Jadi, jika kau menjumpai sesatu yang diluar dirimu, diluar dari pandangamu. Berdayakanlah hati, hatilah mengenggam kewenangan sepenuhnya, bukan akal, bukan fikir, bukan ego, bukan nafsu angkara, bukan mereka itu
Menolehlah kebelakang duhai perempuannku, walau masih banyak yang tertinggal disana. Jangan pernah engkau menyesali hari itu yang dijajali dengan kebimbangan jika kau tak tau apa yang akan terjadi esok. Sebab jika kemarin hari ini, dimanakah kemarin itu? Sebab jika kemarin hari inilah esok itu…Karena jika tidak demikian, kebencian akan mudah berkuasa atas dirimu. Kebencian akan merajalela dalam dirimu. Yah Tapi benci pada apa? Benci pada siapa? Benci pada benci yang terus membenci, itu yang seharusnya kita benci. Hanyalah kesabaran dalam mengaji sesuatu yang membuat kita lapang, tegar dan sadar. Meski tajwid kita masih belum cukup bekal. Meski tajwid kita belum sempurna. Yakin akan dima’fu….dan akan menemui yang terbaik.
Duhai perempuannku, perjalanan kita masih teramatlah panjang, dari saat ke saat, dari hari kehari, dari waktu kewaktu hinnga jemari waktu taksanggup mengukur keabadaian cinta. Dari peristiwa keperistiwa, dari kejadian kekejadian bersama kita mengenali ruas-ruas kehidupan itu sehelai-sehelai, hingga setiap jengkal dari langkah kehidupan kita telah kita pahami. Tetapi belum sepenuhnya pahami. Tiada kepastian apakah diantara kita sudah sungguh saling mengerti satu sama lain, meski usai sekian lama kita bersama. Lantaran itulah, Tuhan membentangkan waktu terhadap segenap mahluknya untuk saling mengerti. Meski belum tau Entah sampai kapan? Hendaklah mengejar matahari ketimur dan jangan kemudian melemparnya kebarat seperti yg terjadi dlm kesehari-harian kita. Sebab perjalanan cinta tidak seperi siang dan malam. Perjalanan cinta adalah kekal lebih kekal dari siang dan malam. Hanya jika tidak ingin kau menyesali waktu dan atau bahkan mengutuknya. Nikmatilah hidup dan waktu. Waktu bukan untuk disesali tetapi untuk di nikmati….begitu pula sinar matahari, bulan dan bintang gemintang. Marilah bergandeng tangan untuk menggapai sinar yang akan membias dalam kehidupan kita, harus kita jemput kebahagiaan itu, Harus!
Teringatlah dikau perempuanku, rintangan dan hambatan pasti silih menghantam dalam sebuah hubungan, berikut kejenuhan dan kebosanan terhadap suatu keadaan. Suatu keadaan yang nyata-nyata sengaja dicipta ataupun yang terjadi lewat kehendaknya sendiri. Tetapi alangkah lebih bijaksana jika kita menyisihkan kehendak untuk membesar-besarkanya, lebih-lebih jika kita mencoba untuk menutupi lubang-lubang itu demi kesempurnaan hidup, demi hasanah hidp dan keidupan, demi kesempurnaan cinta. Bukankah itu yang selama ini membuat kita bertahan hidup, mungkin sampai hari ini! Hidup yang selalu menajam kepedihan jika cuma di tatap dalam satu sisi, akan tetapi tidakkah kau tau sisi-sisi yang lain yang belum kita pahami. Sebab itulah setidaknya kita tumbuhkan hasrat untuk meneropong sesuatu yang masih samar-samar, sesuatu yang tersembunyi diantara kita, barangkali kita menemukan sesuatu disana.
Duhai perempuanku, tak nyana kini engkaupun tau diriku, aku tidak setampan Yusuf, aku tidak semulia Isa, aku tidak segagah Musa, aku tidak seberani Ibrahim, aku pula tak setabah dan setegar Ayyub dalam meratapi hidup, aku tidak sesuci Jalaluddin Rumi, Engkaupun tau, aku tidak sesetia Madjnun dalam cinta. Aku tida semulya dan seagung Muhammad dalam memelihara cinta. Aku hanyalah ummat Muhammad yang hidup di zaman menjelang kiamat atau jangan-jangan sudah mulai kiamat. Yang terus berpacu mengejar rahmat, sebelum semua ini tamat
Bangkitlah, berjuanglah perempuanku melawan drama-drama kehidupan Syetan, meski Iblisnya adalah aku. Jangan terlalu dini dikau memilih kata ‘menyerah’. Aku telah lama mengenal dirimu, aku telah terlanjur membubuhi kepercayaanku terhadapmu, demi hidupku, demi mimpiku, demi harapku. Lawan dan lawanlah aku benahila diriu. Karena itulah aku memilihmu… dan aku yakin engkau bisa melawanku, aku yang angkuh, yang sombong, yang egois, yang lalim, yang kejam dan ataupun yang lain.
Bimbinglah daku duhai perempuaanku, rajutlah daku kedalam khasanah hidupmu
aku yang lalai, malas, aku yang belum sempurna bagimu. Akan tetapi bumbilah kesabaranmu dari ketidak sempurnaan itu. Yah..tapi itulah diriku tak lebih. Aku tak ingin melukiskan semuanya tentang diriku dimasa yang sangatlah terbatas ini. Kelak dikau akan megerti diriku. Tetapi sebagai manusia, aku tidak ingin terus-menerus dalam nista, dalam duka, dalam samsara, dalam kesesatan juga bisa begitu! Kesesatan dalam pandangan, kesesatan dalam menilih jalan hidup. Hanya pintaku…Lawanlah aku perempuanku. Aku hanya ingin khusnul khatimah dalam hidupkku, dalam cintaku, dalam hubungan kita. Mudah-mudahan saja tidak ada orang yang sengaja mencegal khusnul khatimah orang lain, hanya harapanku Mudah-mudahan saja tidak ada orang yang sengaja mencegal khusnul khatimah petualangan cinta kita…..Amien.
Demikian renungan dan ritual cintaku kepadamu. jika kugambarkan segalanya
ruang dan waktu yang teramatlah sempit ini tak akan pernah sangup untuk menampungnya. Jika ku uraikan semuanya. Luas samudra, luas alam semesta tak akan pernah sangup untuk menampungnya
Duhai perempuannku…
terakhir kuberucap
ku ingin selamanya
dikau
menjadi perempuannku.
By: Yusuf Safura
Mendung
ada mendung masih gemetar berarak
inikah pertanda hujan
sehelai janur kuning melambai
berbisik pada angin
hari ini tak akan turun hujan
hanya dulu aku kehujanan di sini
By: Yusuf Safura
Satu
Umtuk: Kekasih
jangan bilang
aku adalah aku
kau adalah kau
kita satu
aku adalah kau
kau adalah aku
kita adalah satu
kita adalah angin
yang tidak bisa mereka belah
kita adalah air
yang tak bisa mereka pecah
sadar memang,
kita bukan yang S A T U
tapi pastikan,
kini kita adalah satu
Malang, Februari 2006
By: Yusuf Safura
Kandas
Untuk: kekasih
dari lereng bukit
kuucapkan salam pada cakrawala
sambil sarat memikul pesan Adam
menata langkah berharap sang rembulan bersinar
setibanya dikota
cahaya terpenggal gedung2 menjulang
hanyalah sepotong suara datang menyibak jiwaku
kau mau apa? katanya
disini tak ada emas di tong sampah
kembalilah kehabitatmu
kutersadar angin pesisir yang membawaku kemari
tapi ternyata putaran tasbihku terbalik
Malang, Februari2006
By: Yusuf Safura
Pagi yang Hilang
sepertiga malam tadi
sang fajar mulai beziarah pada sebuah tujuan yang pasti
seakan subuh bersayap malaikat kemudian terbang
hingga pagi kini masih seperti kemarin
kemanakah kicauan burung meninggalkan pesan
dimanakah nurani bunga-bunga yang beraroma
kenapa embunpun seakan letih membasahi rumput-rumput
kemanakah sang pagi
kenapa tiba-tiba tertelan siang yang naas
betapa aku harus menyesali hidup
Malang, Maret 2006
By: Yusuf Safura
Kutukan Cinta
aku tak ingin membuang-buang waktu
bertanya lagi padamu
karena jawabnya
masih terus kau cari
hanya tak nyana berupa bunyi burung
menyinyit-nyinyit di atas kepalaku
mengambarkan semua warna hatimu
terungkap sudah segala teka-teki
yang terselubung dibalik lembar kerudungmu
maafkan
terlalu salah berprasangka tentangmu
kini aku dengar dengan kuping baruku
sendiri aku masih disini
menunggu hasrat kepadamu
By: Yusuf Safura
Cintaku dan Cintamu
hari ini sungguh menakjubkan
tak bisa kugambarkan untuk esok
kita yang searus pada ulasan Adam dan Hawa
menjamah awal ciptaan yang indah nan agung
seperti hamparan langit luas pada bumi
tentang satu rasa
esok hari sungguh kumenanti
yang bisa kita lukiskan hari ini
lewat mimpi jiwa yang tak pernah tertidur
maka, relakanlah jiwa yang megasuh
biar perjalanan menuju serambi langit akan abadi
bukanlah dari keangkuhan nafsu
Pamekasan, September 2005
By: Yusuf Safura
Wajahmu
shahabat…
wajahmu terbungkus kerudung
memoles kesempurnaan sederhana
kecantikan yang tak pernah tertutupi korden langit
yang bukan pula terlahir dari rahim surga
pesonamu memantul di jendela batinku
hingga bisa tergambar dalam putaran detik-detikku
yang tak pernah menrindukan bidadari penghuni syurga
shahabat…
wajahmu menyisihkan bulan
saat keheningan malam mulai menerka
menampak keceriaan mahluk-mahluk langit dan bumi
aku takkan memaki bulan yang iri dan dunguh itu
sementara dibalik bulan itu
ada bulan yang lebih agung
sinarnya mampu tembus
pada gumpalan-gumpalan jiwaku
By: Yusuf Safura
Pelabuhan Rinduku
kemaren…
waktu membungkus rinduku
membius kesepian dalam kesunyian
hingga kutumpahkan
semua lapis-lapis air mani pikiranku
yang tak terbatas dari kulit-kulit malaikat
pada sebuah kertas-kertas tak berarti ini
akan tetapi maknanya ingin
kubemamkan dalam ingatan waktu
entah berapa ribu hari
waktu membebani kehidupanku dengan segala ini
meski tak pernah kusesali kehendaknya
dan tak pernah kupotong perjalanannya
dan hari ini….
hanya kekakuan yang tampak jelas dari waktu
akupun tak tau melepas semua itu
membiarkan jubahnya terbang keangkasa langit
karena aku tak mau air mani pikiranku diredakan
aku ingin ia mengalir pada induk sungai
yang memberi kehidupan jiwaku
dan mungkin kehidupan jiwa-jiwa lain
karena kerinduan bukalah hal yang hina
biarlah kerinduan tetaplah keriduan
walau terimpit waktu yang semakin sempit
By: Yusuf Safura
Minggu Kelabu
indah malam ini
kemana hendak kutuangkan
tiada dermaga di hadapanku
keagungan suci nafas malam tinggallah doa
seperti belalang kecil menyulam jangkrik
berpesta melewati malam
kulari ke pucuk-pucuk bukit
mengintip percakapan bidadari langit,
tapi sayang samar, tak jelas
oh..bidadariku dimanakah engkau menari?
di pinggir sungai ini
aku meratap sepi sunyi, sepi dan sunyi
diam diantara khalayak ramai
sementara beribu senyummu
membuntuti kesedirianku
lewat bumbu ketidakpastian
masih saja tetap sendiri menyendiri membenci
menjamah hembusan angin malam suci
oh..bidadariku dimanakah engkau menari?
By: Yusuf Safura
Menanti Mentari Pagi
inikah pagiku, fajar tersisih bingung menunggu terang
bintang bulan langit indah tertelan pagi naas
awan-awan hitam masih bertawaf memotong sinar mentari
pepohonan rindang lunglai tak bergairah
berlambai tersapa angin lesu
burung walet berjamaah di atas sungai
melayang-layang mengisap udara basi
masyarakat semut keluar
berbaris dari pinggir sumurnya
meraba
pagi, dimana jiwa adamu?
aku tetap menanti
By: Yusuf Safura
Buat Engkau
buat engkau,
yang masih membungkus matahari
padahal fajar sudah tergeser
dan pagi segera datang
seribu macam sinar akan membias
meminang bunga-bunga di taman
angin mendesir
menemani tarian manja rerumputan
segala engkau merasa tak bisa
engkau tak boleh resah menjalani hidup
engkau-pun telah tiba hari ini
di tanahku yang kering terhampar bebatuan
dan engkau tampak jenuh
berjalan ke arah timur
sempurna menyapu kerikil-kerikil berserakan
yang membentangi jalanmu,
seakan angin dan topan
membimbingmu membelakangi matahari,
membelakangi kiblat cintamu
hanya menghindari panas sinarnya
kau akan tetap bersalah
menyisihkan bagian dari jiwamu
By: Yusuf Safura
Tak Seperti Biasa
kemana harum bunga melati
yang biasa ramah menyapa
kenapa kini sumbarkan senyum kebencian
kemana indahnya langit biru
yang biasa merengkuh malam-malamku
kenapa kini jadi suram
tanpa sinar bulan dan bintang-gemintang
kemana kicauan burung pagi
yang biasa menyambut segarnya pagi
hingga kurebahkan jiwaku
berbaring diatas daun-daun basah
bicara pada bening embun
kenapa kini nasehat-nasehat burung
tak lagi bisa terdengar
kemana berkas bayangmu
yang biasa bekaskan kerinduan
kenapa kini hangus tertelan badai dan topan
kemana semua yang ada
yang tak pernah aku mengutuknya
kenapa tak seperti biasanya
hiasi hari-hariku
bergelimang keindahan
merasuk dalam sukma
Malang, April 2005
By: Yusuf Safura
Tentang Seseorang
tentang seseorang yang membawa jubahnya terbang keangkasa langit
ku tak bisa mengejarnya karena sayapku retak
walau ku ingin sekali bernaung di jubahnya
sekarang ku hanya bisa duduk riang dan kuperatikan sinar jubahnya
bersama gemerlap bintang-bintang langit
tentang seseorang yang buat jiwaku bergejolak
ku tak bisa menyentuhnya karena tanganku terlalu najis
walau ku ingin sekali menghapus nodanya
By: Yusuf Safura
Rindukan Malam
saat malam menjemputku kedunia mimpi
kembali kutatap sang langit bertabur bintang
dan kuperhatikan wajahmu yang membeku di bulan
lewat jendela kulihat seyummu, begitu sempurna disana
suatu senyuman yang seharusnya bukan untukku
saat bulan dan bintang mulai tenggelam
kembali kucari jejaknya lewat ujung malamku hingga fajar tiba
dan tenyata malamku telah berlalu…
karena sang mentari mulai bangkit menyilaukan mata
ia campakkan malamku yang penuh arti
ohh… malam
kenapa kau pergi tertelan siang yang kejam
By: Yusuf Safura
Tentang Penyair
Yusuf Safura adalah seorang manusia yang secara kebetulan di lahirkan di desa Bindang kecamatan Pasean kabupaten Pamekasan Madura pada 4884 dan menjalani hidup yang tak perlu lagi diajari menyimpul perut (mokhel tabu'). Semenjak kecil, berjauhan dengan kedua junjungan bukanlah pilihan, orang tua terpaksa memikul rindu mengembara ke negeri seberang untuk menafkahkan (semoga Allah memberkati Amien).
Dalam mengenali masa remaja, bertapa menyelami keagamaan di Pondok Pesantren
Al-Kautsar Lawangan Daya Pamekasan sambil mengenyam pendidikan formal di MAN Jung Cang Cang Pamekasan, dari situlah air mani fikiranya tak ingin menjadi sia-sia.
Dan kini, tengah menuntaskan skripsi di FKIP UNISMA. Tanpa menyisihkan kepekaan terhadap realitas-realitas hidup yang sepertinya masih jauh dari nilai-nilai Cinta. Lantaran itulah terciptalah antologi “Mabok Buah Anggrur”, sebagai serpihan dari ungkapan kedalaman cintanya, kepada belahan jangtungnya, kepada puisi dan syair, dan kepada yang belum tertulis disini. Sekarang bertempat tinggal di Dinoyo Malang Telp. 081 333 10 4884/(0341)7658592. Dengan segala harap, semoga Tuhan menyertai cintanya. Amien!
BalasHapusKAU III
Kau bagai bintang dimalamku
selalu menghiasi malamku
Kau bagai bulan digelapku
sinari redup jiwaku
*aku begitu membuutuhkanmu
Kau yg terindah sepanjang hidupku
Kau bagai embun dipagiku
Sejukkan taman hatiku
Kau pelangi dihidupku
mewarnai sisa hariku
*aku bahagia bila kau disampingku
Ku ingin selalu kau temani aku
Aku bahagia memilikimu
The Kos Band by Yusuf Safura
Bermula dari detak jam aku menulis lagi mencari diriku yang telah lama hilang, melukiskan rasa dengan aksara, hari - hari yang tak kunjung kumengerti lewat peristiwa-peristiwa yang kulalui dan tak seharusnya terjadi, berhari-hari dari minggu kebulan dari bulan ketahun dari tahun untuk mencari bintang. Kau tau kawan, untuk melihat bintang dilangit lepas kau harus menyisihkan awan, atau awan yang besisih sendiri karenamu agar bintang itu terlihat olehmu agar menjadi bagian dari kebahagiaanmu. Baris-baris kehidupanku adalah lapisan awan yang bertapa diantara ruang-ruang atmosfer bumi, yang mungkin dapat mengajarimu tentang rahasia. Andai pikiranku adalah awan, awan yang terbawa oleh angin yang tak kutau asalnya. Maka itu menjadi simbol dari rahasia itu.
BalasHapusHidup itu sebuah lingkaran, dimana kau tak akan pernah tau dimana ujungnya dalam lapis pikir tetapi kita harus tau lingkaran itu dimulai dari sebuah titik kata hati. Dalamu semesta kata, titik itu menjadi penyambung antara kalimat dan kalimat berikutnya tetapi tidak dalam kehidupan. Karena hidup itu bersiklus, kita tidak akan menemukan titik yang sama dalam kehidupan, itulah yang diajari oleh waktu. Titik bukanlah sebuah akhir namun merupakan awal untuk memulai sesuatu yang baru. Itulah yang disebut putaran atau berputar. Yah, begitulah hidup seperti tarian memutar Jalaluddin Rumi aja, ternyata kita dalam pusaran yang sama yang puncaknya menuju Tuhan. Kita tidak bersimpangan meski kita tidak dalam satu lingkaran kita tetap dalam satu garis meski tidak sejajar, itulah teka-teki Tuhan dalam hidup dan kehidupan kita.
Yusuf Safura
Yusuf, lihat wajahmu
BalasHapuslihat kekuatan yang terdapat dlm dirimu
kau harus percaya Allah menyimpan kebaikan untukmu
Yang kau rasakan sekarang adl proses dari tujuan dan masa depanmu
perhatikan segala apa yang telah diberikan, maka bersyukurlah
Yusuf, lihatlah wajahmu
Ingatlah saat kau tersenyum indah
Kau harus yakin, bangga pada dirimu sendiri karena kau punya kelebihan yang tidak dimiliki orang lain
Kau pasti bisa membahagiakan orang yang kau cintai,
orang-orang yang ada didekatmu, hingga mereka bangga memilikimu
Yusuf, percayalah "Innama'al ushri yusro"
Maka lakukanlah yang terbaik apa yang ada didepanmu dan bersabarlah
BalasHapusKOST BAND
MENANGIS. Cipt. Yusuf Safura
kini aku mengingatmu
Meski tak mungkin bertemu
Kini aku mengenangmu
masih kau tersimpan untukku
Kini aku mendambamu
Tak ada seindah dirimu
Ingin aku memelukmu
Tapi kau tercipta untuknya
Ingin aku memilikimu
Tapi kau jadi miliknya
Ingin aku merelakanmu
tapi ku syngguh tak mampu
Bila aku tak menyakitimu, mungkin engkau masih disini
Bila aku tak membuat kau luka, mungkin engkau masih disisi
Bila aku bisa memutar waktu, ingin kukembali untukmu
Kini aku menangis untukmu
Karena kau tak mungkin kembali
BILA. Cipt. Yusuf Safura
Dari waktu kewaktu
Ku slalu sendiri, tak ada yang menemani
Hari lepas hari
Kumeratap sunyi, kau tak pernah ada disini
Dari saat kesaat
Ku slalu mengharapkanmu, mengobati duka lara hati
Malam bertukar malam
Kuterus menanti, sinar bulan terangi jiwaku
Bila saja kau pahami hatiku
Bila saja kau mengerti tentangku
Pasti kita tak akan berpisah (selamanya)
Bila saja kau ada dalam sedihku
Bila saja kau ada dalam tangisku
Pasti ku tak bisa meninggalkanmu (selamanya)
KAU I. Cipt. Yusuf Safura dan Debby
Kau terlahir untuku
Takkan mungkin kutinggalkanmu
Dan kau selalu dihati
Tak ada yang lain di mimpiku
Kau terlahir untukku
Takkan mungkin kugantikanmu
Dan kau slalu mengerti
Apa mauku, apa inginku
Kau seperti bintang-bintang hiasi malamku (selalu)
Kau seperti bulan yang indah, terangi malamku (selalu)
KAU. II Cipt. Yusuf Safura
Kau bilang cinta
Kau bilang sayang
tapi kau buat ku terluka
tapi kau buatku kecewa
Kau janji setia
Kau janji hanya aku
Tapi kau pergi tinggalkanku
Tapi kau mesra bersamanya
Tak pernah ku sangka, kau begitu tega
Kau pergi dariku hanya untuk harta
Hanya demi dunia, kau korbankan cinta
Janji tuk selamanya, itu hanya dusta
KAU III
Kau bagai bintang dimalamku
selalu menghiasi langitku
Kau bagai bulan digelapku
sinari redup jiwaku
*aku begitu membuutuhkanmu
Kau yg terindah sepanjang hidupku
Kau bagai embun dipagiku
Sejukkan taman hatiku
Kau pelangi dihidupku
mewarnai sisa hariku
*aku bahagia bila kau disampingku
Ku ingin selalu kau temani aku
Aku bahagia memilikimu
The Kos Band by Yusuf Safura
BalasHapusPERTEMUAN PERTAMA - 3
kau percikkan api saat perjumpaan itu
hingga wajahmu selalu menyala dalam qolbu
senyummu menabur benih-benih bunga dalam ladang jiwa
hingga kutemukan taman syurga dalam cinta
kau bius aku dengan lembut sikapmu
hingga kutemukan penawar luka derita hati
kau tiup ruhku kembali dalam adamu
yang menjadi penyambung sisa nafas ini
indah tutur katamu menjadi nyanyian rinduku
dalam melepas sunyi
kau kubur jejak kenangku yang kelam
dalam lipatan kerudungmu
pertemuan itu, menagih doa
siapa kelak tulang rusuku
Malang, february 2014
Yusuf Safura
BalasHapusPERTEMUAN PERTAMA - 4
teringat pada perjumpaan itu
disaat mataku nakal mencuri pandang
disaat kita pertama saling bertukar wajah
dan disaat sebuah senyum menjadi awal dari segalanya
kita sama menerka
pertemuan kita tidak terjadi secara tiba-tiba
Tuhan pasti punya alasan kenapa kita dipertemukan
Tuhan pasti punya tujuan mengapa kita meski saling mengenal
lantas, kita sama mencari jawaban itu
lewat setiap lembar sajadah dan butiran doa
apakah kita sedang bertawaf dalam kiblat cinta?
dan jika Tuhan telah menulis namaku dan namamu dalam takdirNya
terimalah aku apa adanya
Surabaya, 17 - 02 - 14
Yusuf Safura
BalasHapusCURHAT 1
aku mencoba untuk tidak mengingatmu
tapi Tuhan selalu mendatangkan wajahmu
jika ini tak adil bagimu, ajari aku untuk melupakanmu
aku mencoba untuk menepis rasa ini, sekuatku
tapi ternyata cinta telah membuatku tak berdaya
jika ini takdirku, semoga Tuhan membuka hatimu
Surabaya, Feb 2014
Yusuf Safura
BalasHapusCURHAT 2
Allahku...aku bersyukur aku bisa mengenalnya
aku bersyukur Kau berikan cintaku kepadanya
kemudian kupasrahkan segala padaMu,
atas hal yang tak pernah kumeminta sebelumnya
jika ini rencanaMu, semua akan menjadi mudah
Allahku...aku sekedar belajar tawakal dari cinta
berikhtiar dari rasa yang Kau teteskan dalam palung hati
kemudian aku ridho bila segala yang tak kuinginkan nanti terjadi
jika dia takdirku, datangkanlah padaku dengan taqwa
Allahku...aku sadar
aku sebatas menjalani takdirku untuk mencintainya
Surabaya, February 2014
Yusuf Safura
BalasHapusCURHAT 3
buat : yang kutahan senyumnya
Allahku... aku bersyukur atas cinta ini
seperti Kau memberikan mata tanpa kumemintanya
seperti Kau memberikan telinga, hidung, bibir, wajah
dan atau kelamin ini tanpa kumeminta sebelumnya
seperti Kau memberikan kedua tangan ini dengan sempurna
seperti Kau memberikan kaki yang lengkap tanpa kumemintanya
dan seperti Kau memberikan akal tanpa kumeminta kepadaMu
Allahku... disaat ku tak bisa lagi berfikir tentang cinta
gelisahku adalah ombak dilautan
tetapi jiwaku damai bagai ikan-ikan
karena lautan hatiku adalah tempat dari segala ditampung
dan cinta sejati tak akan pernah menukar mutiara dengan sampah kehidupan
Allahku... aku berserah padaMu atas cinta yang Kau titipkan ini
kemudian kusandarkan punggungku kepadaMu
saat kuterlelah membawa rasa ini
Surabaya, Maret 2014
Yusuf Safura
MIMPI - 3
BalasHapuskau masih tetap dalam doaku diujung malam ini
karena sebentar lagi fajar tiba
pagi akan menjadi pembatas antara siang dan malam
mungkin, kau hanya sebatas mimpi dalam hidupku
tetapi sebelum ku benar-benar melihat matahari
ku hanya ingin kau tau
kau wanita terindah yang pernah hadir dalam mimpiku
!
baru setetes embun jatuh dimataku
aku terbangun, ini adalah hariku
saat keciut burung menjadi rintihan rindu
ketika matahari tertutup awan pekat,
hingga ku tak bisa melihat sinarnya
ketika bunga-bunga dalam taman hati
menanti butiran embun untuk merekah
selamat pagi, wanitaku
Surabaya, Feb 2014
Yusuf Safura
BalasHapusMALAM 5
membayangkan wajahmu dipucuk malam
mengundang resah yang lapar dalam jejak-jejak sepi
semakin kutepis wajah itu, semakin memantul redup di wajahku
lalu kutahan dada ini, kupapah mencari batas malam itu
aku rindu burung menyinyit-nyinyit menyanyikan riang hati
aku rindu lembut embun membasahi kuncup bunga yang menjadikan damai jiwa
aku rindu matahari setombak bersinar memberi terang disetiap lapis pikirku
aku
rindu
pagi
yang
indah
itu
malampun memanjang dalam petang
dan bintang lagi berduka karena tak dapat memberi cahaya lagi
karena mendung masih meluas di hatimu
dan semoga saja kau tak memberiku hujan malam ini
Yusuf Safura
Surabaya, 3 November 2014
BalasHapusRITUAL CINTA - 2
telah kutemukan cinta dalam dirimu
cinta yang membuat air mata ini menetes dihadapanNya
disaat waktuku beku dalam wajahmu
telah kutemukan cinta dalam dirimu
cinta yang menjadikan lembar sajadahku
lebih luas dari semesta ini
disaat kau terus berlari,
terus berlari tanpa menolehku
telah kutemukan cinta dalam dirimu
cinta yang mengajariku tentang iradahNya
lalu sabar menjadi lingkaran tasbihku yang tak berujung
disaat senyummu menjadi belati dalam takdirku
telah kutemukan cinta dalam dirimu
dan pabila nanti kau tak memberikan dirimu
maka aku tidak memiliki apa-apa selain cinta
dan aku tak perlu merasa kehilangan
karena cinta akan selalu ada
Surabaya, Maret 2014
Yusuf Safura